Fisika dalam Kearifan Lokal: Seminar Juli 2025 Kupas Bioshelter Adat Papua Pegunungan

  • 17 Juli 2025
  • 12:58 WITA
  • Admin Fisika
  • Berita

Bagaimana mungkin rumah adat tradisional mampu bertahan di tengah cuaca ekstrem pegunungan tanpa teknologi modern? Pertanyaan inilah yang menjadi pintu masuk diskusi pada Seminar Rutin Fisika Edisi Juli 2025, yang menghadirkan perspektif menarik tentang hubungan antara fisika, arsitektur tradisional, dan adaptasi lingkungan.

Dalam seminar bertema “Hukum Fisika dalam Bioshelter Adat Papua Pegunungan: Adaptasi Energi & Lingkungan”, Sabriani, S.Si., M.S.P tampil sebagai narasumber. Beliau adalah dosen pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) FST Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena sekaligus alumni angkatan 2013 Prodi Fisika FST UINAM. Pengalamannya meneliti dan mengamati langsung arsitektur lokal Papua memberikan sudut pandang ilmiah yang segar mengenai bagaimana masyarakat setempat mengembangkan bioshelter alami yang selaras dengan hukum-hukum fisika.

Dalam pemaparannya, Sabriani menjelaskan bagaimana material lokal, tata ruang, orientasi bangunan, hingga teknik konstruksi tradisional ternyata mengandung mekanisme adaptasi termal dan energi yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Ia menekankan bahwa kearifan lokal sering kali menyimpan prinsip-prinsip fisika yang tidak kalah canggih dibandingkan teknologi modern, sehingga penting untuk dikaji dan dilestarikan.

Acara ini dimoderatori oleh Jumardin, S.Si., M.Si, dosen Prodi Fisika FST UINAM, yang turut mengarahkan diskusi tentang bagaimana fisika dapat menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan modern dan pengetahuan tradisional, khususnya dalam konteks lingkungan dan keberlanjutan.

Seminar diselenggarakan pada Rabu, 16 Juli 2025, pukul 10.00–11.30 WITA, dan menjadi ruang bagi mahasiswa untuk melihat bahwa ilmu fisika bukan hanya soal rumus dan eksperimen laboratorium, tetapi juga dapat diterapkan untuk membaca dan memahami kreativitas masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungan alam.